1. Pemanenan
Rumput laut yang dibudidayakan di Desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan umumnya adalah jenis Euchema cottoni, akan tetapi bila dalam kurun waktu tertentu penyediaan bibit Euchema cottoni tidak ada akibat telatnya pasokan bibit maka para petani rumpit laut desa Sidomulyo juga menanam jenis Euchema spinosum untuk mengisi kekosongan tersebut.
Perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia juga terlihat makin pesat. Diantara industri agar yang ada kemudian sekarang juga memproduksi karagenan, serta adanya industri baru yang sengaja dikembangkan untuk produksi karegenan di beberapa kota seperti Surabaya, Ujung Pandang, Jakarta dan Bali. Industri-industri ini menyerap produksi rumput laut yang dibudidayakan oleh para nelayan di berbagai perairan pantai/kepulauan melalui para perantara yang berfungsi sebagai pengumput. Data mengenai ekspor rumput laut dari Indonesia yang tercatat pada Biro Pusat Statistik menunjukkan keadaan semenjak tahun 1990 seperti pada table berikut ini. Terlihat bahwa permintaan luar negeri, terhadap rumput laut Indonesia pada tahun 1990 sebesar 10.779 ton dengan total nilai (FOB) US $ 7,16 juta yang terus meningkat hingga pernah mencapai 28.104 ton pada tahun 1995 dengan total nilai (FOB) US $ 21,30 juta. Jumlah ekspor ini tercatat turun kembali pada tahun 1996 dan berikutnya yang mungkin diakibatkan adanya perubahan pola perdagangan rumput laut di Indonesia dimana rumput laut kemudian diolah dan diekspor dalam bentuk tepung karagenan. Ekspor karagenan pada waktu ini menurut sejumlah produsen di Indonesia akan dapat terus meningkat mengingat makin, meluasnya kegunaan dan permintaan dana. Tabel Perkembangan Total dan Nilai Ekspor Rumput Laut dari tahun 1990 sampai 1998 dapat dilihat pada table 7.
Tabel 7.
Perkembangan Total dan Nilai Ekspor Rumput Laut
Tahun Total Ekspor (Kg) Nilai(FOB US$)
1990 10,779,204 7, 162,610
1991 10,772,486 5,288,124
1992 11,331,261 4,927,382
1993 16,132,086 8,092,333
1994 16,818,820 8,177,952
1995 28,104,654 21,307,593
1996 17,526,321 13,431,278
1997 11,494,432 6,907,405
1998 4,425,798 2,911,996
Source: Statiktik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Ekspor, Biro Pusat Statistik Dikumpulkan dari Buku Tahun 1990-1998
Berdasarkan jenis tanamannya dapat dikemukakan bahwa porsi terbesar yaitu Cottoni (70%), Gigartina (12%), Spinosum (8%), Chondorus (2%) dan Furcellaria (1%) yang masing-masing jenis mempunyai tipe karaginan tersendiri. Jenis rumput laut dan tipe karaginan dapat dilihat pada table.
Tabel 8. Jenis Rumput Laut dan Tipe Karaginan
No. Jenis Rumput Laut Jenis karaginan
1. Fucellaria Beta
2. Chondorus Kappa / Lambda
3. Gigartina Kappa-2 / Lambda
4. Cottoni Kappa
5. Spinosum Iota
Jenis yang potensial diantaranya E. cottoni dan E. spinosum. Kedua jenis ini secara luas diperdagangkan, baik keperluan bahan baku industry dalam negeri maupun ekspor. Sedangkan E. edule dan Hypnea sp hanya sedikit sekali diperdagangkan dan tidak dikembangkan dalam usaha budidaya. Sebaliknya E.cottoni dan E. spinosum dibudidayakan oleh masyarakat pantai. Dari kedua jenis tersebut E.cottoni yang paling banyak dibudidayakan karena permintaan pasar yang sangat besar ( Ohno, 1995).
Proses pemanenan rumput laut yang dilakukan oleh petani ditunjukkan pada gambar
Gambar . Proses pemanenan rumput laut oleh petani
Rumput laut spesies Eucheuma cottonii mempunyai klasifikasi sebagai berikut :Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Sub kelas : Florideophycidae
Bangsa : Gigantinales
Suku : Solieraceae
Marga : Eucheuma
Jenis : Eucheuma Cottonii ( Gambar 4. Eucheuma Cottonii)
Spesies : Eucheuma alvarezii (Doty) atau Kappaphycus alvarezii (Doty).
Spesies Kappaphycus alvarezii (Doty), merupakan nama yang telah diperbaharui dari Eucheuma alvarezii (Doty). Dinamakan demikian karena kandungan akhirnya adalah kappa karaginan, sedangkan Eucheuma cottonii adalah nama komersial dari Kappapycus alvarezii (Doty, 1986)
Untuk mendapatkan rumput laut kering yang berkualitas baik maka
usia dari rumput laut yang akan dipanen harus diperhatikan. Pemanenan
yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat berakibat pada turunnya
kualita rumput laut. Hal ini didukung oleh pernyataan yang menyatakan
bahwa panen merupakan tahap akhir dari suatu kegiatan budidaya. Karena
itu panen harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan cara dan waktu yang
tepat agar diperoleh hasil yang memenuhi permintaan pasar secara
kualitas dan kwantitas (Mubarak et al, 1990)
Di desa Sidomulyo
Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan , pemanenan dilaksanakan setelah
umur dari rumput laut sudah mencapai umur 45 hari. Menurut Katlan
(2010), pemanenan rumput laut yang biasanya dilakukan oleh petani di
kabupaten Pacitan berkisar antara umur 6 – 8 minggu setelah penanaman
atau sekitar 45 hari.
Pemanenan rumput laut dilaksanakan dengan
cara melepas tali-tali tunggal pada pasak maupun rakit yang berisi
rumput laut dan kemudian dimasukkan pada perahu dan kemudian perahu di
tepikan pada pantai. Selanjutnya, rumput laut dari perahu-perahu
tersebut diangkut menggunakan gerobak untuk dilepaskan tali-tali yang
mengikat dirumput laut tersebut yang sekaligus dilakukan pemotogan
rumput laut antara yang mau dijemur dengan yang akan ditanam kembali.
Pemanenan dengan cara di atas yaitu dengan mengangkut seluruh tanaman
dari rakit mempunyai beberapa keuntungan tersendiri yaitu penanaman
kembali dilakukan dengan memilih bagian ujung tanaman yang masih muda
dengan laju pertumbuhan yang tinggi dan bagian pangkal tanaman merupakan
hasil panen dengan jumlah kandungan karagianan tinggi (Aslan 1998)
Untuk proses pengangkutan rumput laut dari kapal setelah dipanen menuju
tempat penjemuran dapat dilihat pada gambar .
Sedangkan
Proses pelepasan tali sekaligus pemotongan rumput laut yang akan
ditanam kembali dengan hasil panen di tunjukkan pada gambar
2. Proses Penanganan Pasca Panen
Proses penanganan pasca panen
rumput laut di desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
bisa dibilang masih cukup minim dimana proses penanganan pasca panennya
hanya meliputi pencucian dengan air laut, penjemuran, pengsortiran,
penimbangan dan pengemasan akan tetapi apabila ada permintaan pasar yang
meminta produk pasca panen rumput lautnya meliputi proses perendaman
air tawar guna menghilangkan atau mengurangi kadar garam pada rumput
laut maka petani disana juga akan melakukan proses penanganan pasca
panen meliputi pencucian(air laut) dan perendaman (air tawar),
penjemuran tahap awal, penggaraman, penjemuran tahap ke dua dan setelah
itu penggemasan. Akan tetapi cara yang kedua ini sangat jarang dilakukan
oleh petani disana dengan pertimbangan mempermudah serta mempercepat
proses penanganannya.
2.1 Pencucian dengan air laut
Rumput
laut yang sudah dipanen, dicuci dengan menggunakan air laut sampai
bersih kemudian dijemur hingga 2 – 3 hari tergantung kondisi cuaca saat
itu. Pencucian rumput laut setelah dipanen dengan air laut ini
dimaksudkan untuk membersihkan rumput laut dari kotoran-kotoran yang
menempel. Petani desa Sidomulyo melakukan pencucian rumput laut dengan
air laut dimaksudkan agar supaya warna rumput laut tidak memudar sebab
apabila rumput laut dicuci dengan air tawar akan menyebabkan perubahan
warna. Selain itu hal ini dilakukan karena para pembeli biasanya
kebanyakan meminta kondisi rumput laut kering dalam kondisi kering tanpa
pencucian dengan air tawar.
2.2 Penjemuran
Proses
selanjutnya adalah pengeringan atau penjemuran. Pengeringan adalah
suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari
suatu bahan dengan cara menguapkan air pada bahan tersebut dengan
menggunakan energy panas (Desrosier, 1988). Pengeringan atau penjemuran
yang dilakukan oleh petani desa Sidomulyo adalah dengan menggunakan
panas dari sinar matahari. Pengeringan hasil panen dilakukan di bawah
sinar matahari langsung dengan menggunakan anjangan dari bamboo agar
hasil panen tidak tercampur dengan pasir, tanah atau benda-benda lainya.
Pengeringan dilaksanakan selama siang hari pada cuaca cerah dan pada
malam hari atau waktu hujan, hasil panen ditutup supaya tidak tercampur
dengan air hujan maupun embun.
Pengeringan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan cara menggunakan alat pengering (oven) atau
secara alami dengan menjemur dengan sinar matahari. Yang murah dan
praktis adalah dengan cara dijemur dengan sinar matahari selama 2 - 3
hari, tergantung kondisi panas matahari. Dalam penjemuran ini harus
menggunakan alas, seperti para-para, terpal plastik dan lain-lain untuk
menghindari tercampurnya rumput laut hasil panen dengan kotoran seperti
pasir atau kerikil dan lain-lain. Setelah kering dan bersih dari segala
macam kotoran maka rumput laut dimasukkan kedalam karung plastik untuk
kemudian siap dijual atau disimpan di gudang. Pada waktu penyimpanan
hindari kontaminasi dengan minyak atau air tawar. Proses penjemuran dan
penyimpanan sangat perlu mendapat perhatian, karena meskipun hasil
panennya baik akan tetapi bila penanganan pasca panennya kurang baik
maka akan mengurangi kualitas rumput laut (Sujatmiko W dan Angkasa W,
2009)
Agar rumput laut yang dikeringkan tidak kotor oleh tanah
pada saat penjemuran maka para petani rumput laut menggunakan alas
berupa terpal atau dengan anjangan dari bamboo. Gambar proses
pengeringan rumput laut ditunjukkan pada gambar. Proses penjemuran atau pengeringan rumput laut berlangsung dari pagi sampai sore hari. Menjelang sore hari rumput laut yang dijemur ini ditutup dengan terpal untuk menghindari embun atau hujan. Hujan merupakan kendala yang dialami oleh para petani rumput laut. Hal ini bias membuat proses pengeringan rumput laut menjadi lebih lama. Selain itu air hujan juga bias menurunkan kualitas rumput laut yang dijemur. Menurut Doty et al (1987), menyebutkan bahwa hujan akan mengakibatkan terlarutnya kembali sebagian kecil partikel dan mengakibatkan warna rumput laut menjadi pudar.
Pada saat pengeringan, rumput laut juga dibolak-balik agar kekeringannya merata dan juga dilakukan sortasi. Tujuan dari sortasi adalah untuk membersihkan hasil panen dari benda-benda seperti pasir, rafia, plastic dan jenis rumput laut lainnya. (Atmadja, 1996). Sedangkan rumput laut yang sudah dijemur dalam kurun 1 hari dapat dilihat pada gambar
Gambar . Proses penjemuran rumput laut
2.3 Pengemasan
Rumput laut yang sudah kering dan bersih kemudian dimasukkan ke dalam karung plastic maupun karung bekas dan dipadatkan. Jarum dan tali rafia dipergunakan untuk menutup karung plastic bagian atas dengan cara disulam. Bila pengemasan telah selesai maka rumput laut segera di jual ke pengepul kecil.
Berdasarkan smallCrab(2008), pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen dengan “selamat”, secara kuantitas maupun kualitas. Pengemasan berfungsi mengatur interaksi antara bahan pangan dengan lingkungan sekitar, sehingga menguntungkan bagi bahan pangan, dan menguntungkan bagi manusia yang mengkonsumsi bahan pangan. Sedangkan tujuan dari pengemasan sendiri antara lain sebagai :
• Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang.
• Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.
• Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan.
• Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan.
• Memudahkan distribusi/ pengangkutan bahan pangan.
• Mendukung perkembangan makanan siap saji.
• Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.
Berdasarkan pengamatan pada saat praktek kerja lapang, dapat diketauhi bahwa kegiatan pengemasan yang dilakukan oleh petani rumput laut di desa Sidomulyo tidak memperhatikan hal-hal di atas. Kebanyakan karung-karung plastic yang digunakan sebagai bahan pengemas tidak memenuhi ketentuan, misalnya ada karung plastic yang berlubang, warnanya sudah pudar dan terkadang pula bagian luar kotor bekas tanah.
Di tempat penjualan rumput laut, karung plastic berisi rumput kering ditimbang dengan menggunakan timbangan duduk. Rumput laut dihitung berdasarkan harga per kg.
3. Penyimpanan Di Gudang
Rumput laut milik petani-petani Desa Sidomulyo yang sudah dibeli oleh pengepul kecil selanjutnya ditampung pada gudang penyimpanan milik kelompok tani Tawang Sari dimana pengepul tersebut melaukan system penyewaan tempat kepada kelompok tani tersebut. Hal ini dilakukan karena pengepul sendiri tidak mempunyai gudang dalam jumlah besar untuk menampung hasil panen milik petani serta memudahkan pengepul sendiri dalam membeli rumput laut karena ditempat inilah para petani lebih mudah ditemui. Selanjutnya pengepul hanya akan melakukan penimbangan saja sebelum rumput laut di jual ke pengepul besar maupaun ke pabrik-pabrik.
Tujuan dari penimbangan adalah untuk menentukan berat rumput laut kering tiap karung plastic yang akan dikirim ke gudang sebelum dijual ke pengepul besar maupun pabrik-pabrik.Timbangan yang digunakan adalah timbangan duduk dengan kapasitas maksimum adalah 300 Kg. Biasanya pengepul hanya mampu mendapatkan sekitar 10-15 ton rumput laut kering dari tingkat petani karena harus bersaing dengan beberapa pengepul lainnya.
"Semoga Sedikit Informasi Tersebut dapat Berguna bagi Kawan-kawan Semuanya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar